Hasil SDKI Dijadikan Pemacu Pelaksanaan Program ke Arah yang Lebih Baik

By Admin


nusakini.com--Jakarta--Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) adalah suatu survei berskala nasional yang dirancang khusus untuk mendapatkan informasi mengenai perilaku kelahiran, keluarga berencana, kesehatan ibu dan anak, kematian ibu dan anak serta pengetahuan tentang HIV/AIDS dan penyakit infeksi menular seksual. SDKI dilaksanakan oleh BPS bekerja sama dengan BKKBN dan Kemenkes. SDKI dirancang sesuai dengan standar internasional, maka sangat diharapkan data SDKI tidak hanya digunakan untuk perencanaan dan evaluasi program bidang kependudukan, KB, dan kesehatan Ibu dan anak secara nasional dan provinsi, tetapi juga penting digunakan secara internasional.

Di tahun 2017, kegiatan SDKI kembali dilaksanakan oleh BKKBN bekerjasama dengan BPS dan Kementerian Kesehatan. Kegiatan telah didahului dengan ujicoba kuesioner di tahun 2016. Pada tahun 2017 dilaksanakan pelatihan Intama, pelatihan Innas dan pelatihan bagi petugas lapangan, kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data dilapangan. Selanjutnya pada tahun 2018 dilakukan penyusunan laporan ringkas Indikator Utama (Key Indikator Report) Wanita Usia Subur dan Kesehatan Reproduksi Remaja yang masing-masing telah di launching pada bulan Februari dan Agustus 2018, jelas Plt. Kepala BKKBN Sigit Priohutomo pada Acara Launching dan Seminar hasil SDKI 2017 bertempat di Hotel Bidakara, Jakarta.

Hal yang paling menggembirakan dari Hasil SDKI 2017 adalah bahwa Angka Fertilitas Total turun dari 2,6 anak pada SDKI 2012 menjadi 2,4 anak per wanita. Angka kelahiran menurut kelompok umur (ASFR) 15-19 mengalami penurunan dari 48 (SDKI 2012) menjadi 36 pada SDKI 2017. Kemudian terjadi peningkatan pemakaian kontrasepsi (semua cara) dari 62 persen pada SDKI 2012 menjadi 64 persen pada SDKI 2017. Persentase kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi (unmet need) mengalami penurunan dari 11,4 pada SDKI 2012 menjadi 10,6 persen pada SDKI 2017. Pada kematian bayi dan anak, semua angka kematian bayi dan anak hasil SDKI 2017 menunjukkan lebih rendah dibandingkan dengan hasil SDKI 2012, sedangkan pada ibu yang kehamilannya diperiksa oleh tenaga kesehatan menurun dari 95,7 persen pada tahun 2012 menjadi 93,9 pada tahun 2017.

Begitu pula dengan dengan persentase wanita yang mengetahui tentang cara/metode untuk mencegah HIV AIDS melalui penggunaan kondom dan pembatasan aktivitas seksual hanya dengan satu pasangan meningkat dibandingkan dengan tahun 2012, yaitu masing-masing 42,9 persen menjadi 53,9 persen dan 57,6 persen menjadi 68,4 persen. Hasil SDKI 2017 terkait remaja, menunjukkan bahwa remaja yang berumur 20-24 tahun lebih banyak mengetahui alat/cara KB dibandingkan dengan remaja yang lebih muda umurnya (15-19 tahun), papar Sigit.

Selain itu pendapat remaja terhadap umur ideal kawin pertama cukup menggembirakan, sebagai contoh median umur ideal kawin pertama untuk wanita, menurut responden wanita adalah 23,7 tahun, sedangkan untuk pria adalah 22,8 tahun. Selanjutnya 89 persen remaja wanita mengetahui metode kontrasepsi suntik dan pil, sedangkan remaja pria lebih mengenal kondom (89%). Media yang banyak diakses oleh remaja wanita dan pria adalah televisi dan internet dalam 1 (satu) bulan terakhir, 88 persen remaja wanita lebih banyak mengakses internet dibandingkan remaja pria. Jenis informasi yang sering diperoleh dari media cetak dan internet adalah tentang narkoba dan alkohol. Remaja pria dan wanita yang berumur lebih muda (15-19 tahun) lebih banyak yang mengkonsumsi alkohol dibandingkan remaja usia 20-24 tahun. Sementara persentase remaja wanita lebih banyak yang merokok sebelum usia 13 tahun dibandingkan remaja pria, imbuh Sigit.

Demikian beberapa gambaran hasil SDKI 2017, kita semua telah mendapat penilaian atas hasil kinerja pelaksanaan program-program selama 5 (lima) tahun ke belakang. Hasil SDKI ini dapat menjadi pemacu pelaksanaan program ke arah yang lebih baik dan hasil 2017 ini akan dapat dijadikan sebagai rujukan dalam melakukan evaluasi pencapaian program kependudukan, keluarga berencana dan kesehatan serta sebagai dasar dalam penyusunan RPJMN periode 2020-2024, dimana RPJMN ini akan menentukan arah pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat Indonesia dalam 5 (lima) tahun ke depan, tutup Sigit. (r/rajendra)